Senin, 05 April 2010

sejarah kendo

剣道

Kendo

Kendo berasal dari huruf kanji ken (; pedang) dan dou (; jalan), yang berarti seni keahlian pedang Jepang kuno. Seni beladiri ini dikembangkan dari kenjutsu atau teknik menggunakan pedang tradisonal. Sekarang ini kendo tidak hanya dianggap sebagai seni bela diri tetapi sudah dijadikan olahraga yang dipertandingkan. Kendo diajarkan di sekolah-sekolah Jepang sebagai ekstrakulikuler. Orang belajar kendo adalah kendoka atau kenshi. Kendo sering disamakan dengan anggar tapi yang membedakannya adalah cara memegang dan jenis pedang. Pemain anggar menggunakan satu tangan untuk memegang pedang anggar, sedangkan kendo menggunakan kedua tangan untuk memegang pedang kayu. Kendo menggunakan banyak perlengkapan pelindung tubuh atau dikenal dengan nama kendo bougu. Ada empat jenis alat pelindung yang digunakan, yaitu sebuah men [masker/topeng pelindung kepala dan wajah], sebuah do [pelindung dada], dua buah kote [pelindung tangan dan lengan bawah], serta sebuah tare [pelindung pinggang]. Sedangkan pedang kayu yang digunakan adalah shinai. Shinai pada umumnya terbuat dari bamboo dengan panjang berkisar 118cm.

Sejarah kendo

Kendo mulai berkembang di Jepang sejak masa samurai dan selama periode Kamakura [1185-1233], dimana saat itu pedang dan penahan menjadi perlengkapan beladiri utama di kalangan militer. Pada masa itu kendo berkembang di nawah pengaruh Budha. Kemudian didirikanlah sekolah pelatihan kendo oleh para ahli pedang diantaranya, perguruan Itto Ryuu, Muto, dan Munen Muso Ryuu. Pada era Shotoku [1711 – 1715] Naganuma Shirozaemon Kunisato mendirikan sekolah kendo Jiki-Shinkage Ryuu yang mengajarkan kendo dengan shinai dan kendo bougu. Teknik itu nantinya dikenal sebagai kendo modern.

Tingkatan

Kendo memiliki tingkatan level yang menunjukkan kemampuan seseorang dalam bermain kendo. Sistem yang digunakan untuk mengukur level tersebut adalah dan dan kyuu . Level dan dimulai dari 1 –dan [sho-dan] hingga 10 –dan [juu-dan]. Di bawah level dan ada level kyuu yang terdiri dari 6 tingkatan.

Kompetisi kendo

Kompetisi kendo diselenggarakan didalam ruang indoor dengan ukuran lapangan 9X11 meter per satu pertandingan. Sisi lapangan diasanya diberi batas garis dengan selotip putih. Dalam pertandingan kendo, kendoka akan diberi 1 poin [disebut ippon] apabila menyerang target secara tepat dengan gerakan ki-ken-tai-ichi [kesatuan semangat, pedang, tubuh]. Salah satu gerakan yang harus diperhatikan adalah zanshin, berupa posisi berjaga-jaga selama dan saat melakukan serangan. Dalam kendo ada pula pelanggaran-pelanggaran yang harus dihindari selama pertandingan berlangsung yaitu, kendoka tidak boleh keluar dari garis batas lapangan, menjatuhkan shinai atau perlengkapan kendo lainnya, menyentuh pegangan shinai lebih dari batasnya. Bila hal itu dilanggar lawannya akan mendapat ippon. Pertandingan kendo diamati oleh tiga orang shinpan [wasit] yang masing-masing memegang bendera merah dan putih pada kedua tangannya. Para wasit akan mengangkat salah satu bendera sesuai warna pita yang dikenakan oleh pemberi nilai. Poin akan diberikan paling tidak ada 2 wasit yang setuju. Pertandingan selesai jika ada salah satu kendoka yang mendapat poin. Untuk memenangkan pertandingan dibutuhkan 2 poin, bila hasilnya seri ada beberapa kemungkinan. Pertama, pertandingan dianggap seri. Yang kedua, diadakan encho atau perpanjangan pertandingan. Kendo sudah melang;ang buana tidak hanya di Jepang saja. Pada tahun 1970 dibentuk Federasi Kendo Internasional [FIK] dan sejak saat itu diadakan pertandingan kendo internasional setiap 3 tahun sekali. Hingga akhir tahun2005 tercatat ada 44 negara yang membentuk federasi kendo,mulai dari benua asia, Eropa, Amerika sampai Afrika , Indonesia juga termasuk salah satu 13 negara di asia yang memuliki Federasi Kendo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar